Bintang di Bagian Terluar Galaksi Bima Sakti

Senin, 26 Mei 2014

Astronom Temukan Bintang di Bagian Terluar Galaksi Bima Sakti

Piringan galaksi Bima Sakti jika dilihat dari luar. Matahari (lingkaran kuning kecil), bintang Cepheid yang telah diteliti dan dekat dengan Matahari (warna biru muda) dan bintang Cepheid yang baru ditemukan dan terletak di pinggiran Bima Sakti (warna biru gelap). Gas hidrogen tersebar hingga ke luar galaksi (warna merah muda). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: R. M. Catchpole (IoA Cambridge) and NASA/JPL-Caltech
Tim gabungan astronom Afrika Selatan dan Jepang berhasil menemukan beberapa bintang yang letaknya di bagian paling tepi dari galaksi Bima Sakti. Bintang-bintang itu letaknya lebih kurang 80.000 tahun cahaya dari Bumi. Penemuan ini menjadi petunjuk untuk mengetahui bagaimana galaksi Bima Sakti terbentuk. Bintang-bintang ini akan membantu para astronom untuk melacak distribusi persebaran materi gelap (dark matter) di Bima Sakti.

Lima diantara beberapa bintang yang ditemukan dianggap sebagai bintang khusus yang disebut sebagai Cepheid variable (OGLE-BLG-CEP-32) yang mana bintang-bintang tersebut memiliki tingkat kecerahan yang berubah secara teratur dalam waktu siklus beberapa hari. Bintang variabel Cepheid ini mempunyai karakteristik khusus yang memungkinkan astronom untuk mengukur jaraknya secar akurat. Beberapa instrumen yang digunakan oleh astronom untuk mengukur jarak bintang-bintang itu antara lain Southern African Large Telescope (SALT) dan Infrared Survey Facility (IRSF).

Seperti yang diketahui bersama bahwa kebanyakan bintang di galaksi Bima Sakti tersebar di dalam piringan galaksi seperti pada gambar di atas. Awalnya astronom mengira bahwa hanya gas Hidrogen saja yang bisa menyebar dari pusat galaksi sampai ke pinggir piringan galaksi. Ternyata setelah diteliti, bintang pun bisa tersebar hingga ke pinggiran galaksi.

Beberapa astronom yang terlibat dalam penemuan ini antara lain Prof Patricia Whitelock, Prof Michael Feast dan Dr John Menzies, ketiganya berasal dari Afrika Selatan dan Dr Noriyuki Matsunaga dari Jepang. Penemuan mereka ini diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 15 Mei. ( sumber : PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)

0 komentar:

Posting Komentar