0 Peristiwa Astronomi Bulan Juni 2016

Rabu, 08 Juni 2016

Peristiwa Astronomi Bulan Juni 2016


Planet
Merkurius
MerkuriusPada bulan Juni 2016 planet merkurius akan terbit di setiap pagi sebelum Matahari terbit. Planet merkurius merupakan satu dari 5 planet di tata surya yang dapat kita amati dengan mata telanjang. Di awal bulan Juni, planet merkurius akan terbit disekitar pukul 04.00 pagi dan di ahir bulan planet merkurius akan terbit mendekati terbitnya Matahari.
Venus
VenusSelama di bulan Juni 2016 planet Venus tidak akan tampak di langit fajar maupun senja. Hal ini disebabkan karena planet venus sedang berada pada sisi yang membelakangi Matahari atau dengan kata lain posisi Matahari berada diantara Venus dan Bumi.
Mars
MarsPlanet yang akrab disebut oleh suku jawa dengan sebutan lintang joko belek akan mewarnai langit malam di bulan Juni 2016 selepas Matahari terbenam. Planet mars di bulan Juni akan terbit selepas Matahari terbenam dan memiliki penampakan sebagai bintang berwarna merah menyala. Di awal bulan planet Mars akan terbenam pada pukul 03.45 WIB dan di akhir bulan akan terbenam pada pukul 03.00 WIB.
Jupiter
YupiterDi bulan Juni 2016 planet Jupiter akan selalu terbit setelah Matahari terbenam. Posisi planet Jupiter di sore hari berada tinggi di belahan langit barat. Di awal bulan planet Jupiter akan terbenam pada pukul 23.00 WIB dan di akhir bulan pada pukul 22.35 WIB
Saturnus
SaturnusSeperti halnya planet Jupiter dan Mars, planet saturnus di bulan Juni akan terbit selepas Matahari terbenam. Di langit malam posisi planet Saturnus berada di sebelah utara rasi bintang scorpius. Planet Saturnus tampak sebagai bintang terang tak berkelip berwarna jingga. Pada awal bulan planet Saturnus akan terbenam pada pukul 05.00 WIB dan pada akhir bulan pada pukul 04.15 WIB

Bulan

Bulan Baru
Fase Bulan baru pada bulan Juni akan terjadi pada tanggal 5 Juni 2016. Saat Bulan baru terjadi seluruh langit malam akan gelap total dan inilah waktu yang paling baik untuk mengamati benda-benda langit karena tidak adanya polusi cahaya oleh cahaya Bulan.
Bulan Kuarter Awal
Fase Bulan kuarter Awal di bulan Juni akan terjadi pada tanggal 12 Juni 2016. Pada tanggal tersebut Bulan akan terbit semenjak Matahari terbenam dan Bulan terbenam pada pukul 23.57 WIB
Bulan Purnama
Fase Bulan Purnama pada bulan Juni akan terjadi pada tanggal 20 Juni Juni.
Bulan Kuarter Akhir
Fase Bulan kuarter akhir pada bulan Juni akan terjadi pada tanggal 28 Juni 2016. Pada saat Bulan mencapai fase kuarter akhir, Bulan akan terbit di belahan langit timur pada pukul 00.32 WIB.
Galaksi

Rasi Bintang

Rasi Bintang Crux
Pada bulan Juni 2016 rasi bintang crux akan terbit setelah Matahari terbenam dan di awal bulan akan terbenam pada pukul 01.00 WIB dan di akhir bulan pada pukul 00.22 WIB
Rasi Bintang Scorpius
Pada bulan Juni 2016 rasi bintang scorpius akan terbit selepas Matahari terbenam dan terbenam setelah Matahari terbit.
Rasi Bintang Sagittarius
Seperti halnya rasi bintang Scorpius, pada bulan Juni 2016 rasi bintang Sagittarius akan selalu tampak di langit malam selepas Matahari terbenam hingga Matahari terbit.
Rasi Bintang Pegasus
Rasi bintang Pegasus pada awal bulan Juni akan terbit pada pukul 00.00 WIB dan di akhir bulan pada pukul 23.45 WIB. Rasi bintang pegasus berada di belahan langit utara dan selama bulan Juni 2016 akan terbenam ketika Matahari terbit.
Rasi Bintang Lyra
Rasi bintang Lyra pada bulan Juni 2016 akan terbit selepas Matahari terbenam dan terbenam ketika Matahari terbit. Rasi bintang Lyra dapat kita temukan dengan mencari bintang terang yang bernama Vega.
Rasi Bintang Cygnus
Rasi bintang Cygnus pada bulan Juni 2016 akan terbit di awal bulan sekitar pukul 21.00 WIB dan di akhir bulan pada pukul 20.30 WIB. Rasi bintang Cygnus memiliki bintang terang bernama Deneb
Oposisi Saturnus
Pada 3 Juni 2016 planet saturnus Bumi dan Matahari akan berada pada posisi yang sejajar. Peristiwa ini disebut sebagai oposisi saturnus.
3 Juni 2016
Sosltice
20 Juni 2016 merupakan hari dimana Matahari berada di belahan langit paling utara atau peristiwa ini disebut dengan istilah Summer Solstice.
Read more

0 Kalender Peristiwa Astronomi 2015

Kamis, 24 Desember 2015

Kalender Peristiwa Astronomi 2015

 Berikut ini adalah kalender peristiwa astronomi tahun 2015 yang akan terjadi:
Minggu, 4 Januari 2015 – Puncak Hujan Meteor Quadrantids
Quadrantids adalah hujan meteor pertama pada tahun 2015 yang berlangsung antara tanggal 31 Desember 2014 s/d 6 Januari 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 130 meteor tiap jam. Meteor-meteor Quadrantids akan terlihat melesat dari arah rasi Bootes yang berada di timur laut sejak dini hari hingga menjelang matahari terbit. Sayangnya Bulan menjelang fase purnama sehingga cahaya terang Bulan akan membuat meteor-meteor redup tidak terlihat.
Rabu, 4 Februari 2015 – Bulan Purnama Apogee
Bulan purnama apogee terjadi dimana Bulan mencapai fase purnama di dekat titik terjauh dari Bumi atau apogee. Karena berada di titik terjauh, maka bulan purnama kali inipun akan terlihat lebih kecil dan lebih redup dari bulan purnama pada umumnya. Bulan purnama kali ini berdiamater 29,54 menit busur atau menjadi yang terkecil dan teredup ke-2 selama tahun 2015.
Sabtu, 7 Februari 2015 – Oposisi Jupiter
Oposisi jupiter terjadi saat Matahari-Bumi-Jupiter berjejer berurutan. Pada hari ini Jupiter akan terlihat sepanjang malam di sisi yang berseberangan dengan Matahari. Dengan kata lain, Jupiter akan terbit di timur ketika Matahari terbenam di barat, di meridian ketika tengah malam, dan tenggelam di barat ketika Matahari terbit di timur. Jupiter akan terlihat sebagai bintang putih terang dengan magnitudo -2,6. Dengan teleskop, Jupiter akan terlihat sedang purnama. Ini adalah waktu terbaik untuk mengamati Jupiter.
Jum’at, 6 Maret 2015 – Bulan Purnama Apogee
Bulan kembali mencapai fase purnama di dekat titik terjauh dari Bumi atau apogee. Bulan purnama kali ini berdiameter sudut hanya 29,39 menit busur atau terkecil dan teredup selama tahun 2015. Bulan purnama yang lebih kecil dan redup redup dari ini baru akan terjadi pada 27 Januari 2032. Bulan purnama yang berukuran kecil dan bersinar temaram tentu menarik untuk disaksikan.
Jumat, 20 Maret 2015 – Gerhana Matahari Total
Gerhana Matahari Total (GMT) ini hanya dapat diamati di kawasan Eropa, Afrika bagian utara, dan sebagian semenanjung Arab.
Sabtu, 21 Maret 2015 – Vernal Equinox
Vernal equinox adalah saat dimana Matahari berada di perpotongan ekliptik dan ekuator setelah sebelumnya berada di selatan ekuator. Pada hari ini Matahari tepat berada di khatulistiwa sehingga panjang siang dan malam di seluruh belahan bumi tepat 12 jam. Ini juga menandakan akan bergantinya musim hujan dengan musim kemarau di Indonesia. Sedangkan di belahan bumi utara menandakan akan datangnya musim semi dan di belahan bumi selatan menandakan akan datangnya musim gugur.
Sabtu, 4 April 2015 – Gerhana Bulan Total
Pada hari ini seluruh Indonesia kembali akan menyaksikan gerhana bulan total saat senja. Ini adalah gerhana bulan pertama dari dua gerhana bulan tahun ini. Sayangnya pada gerhana bulan berikutnya yang terjadi pada 28 September 2015 tidak ada satupun wilayah Indonesia yang dapat menyaksikan. Praktis ini adalah satu-satunya kesempatan menyaksikan gerhan bulan di Indonesia selama tahun 2015. Gerhana bulan hari ini akan berlangsung antara pukul 17:15 s/d 20:45 WIB untuk fase gerhana sebagian. Sedangkan untuk fase gerhana total akan berlangsung antara 18:54 s/d 19:06 WIB.
Sabtu, 4 April 2015 – Bulan Purnama Apogee
Bersamaan dengan gerhana bulan total, Bulan pun akan mencapai fase purnama di dekat titik terjauh dari Bumi atau apogee. Kali ini Bulan akan berdiamater 29,65 menit busur atau menjadi yang terkecil dan teredup ke-3 selama tahun 2015. Pemandangan bulan purnama yang berukuran kecil dan redup ditambah sedang dalam gerhana bulan total tidak boleh dilewatkan.
Kamis, 23 April 2015 – Puncak Hujan Meteor Lyrids
Lyrids adalah hujan meteor pertama di musim kemarau pada tahun 2015 yang berlangsung antara tanggal 16 s/d 25 April 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 20 meteor tiap jam. Meteor-meteor Lyrids akan terlihat melesat dari arah rasi Lyra yang berada di meridian utara waktu menjelang fajar. Beruntung Bulan sedang dalam fase sabit awal sehingga akan terbenam sebelum tengah malam sehingga tidak akan ada menghalagi pengamatan.
Jum’at, 8 Mei 2015 – Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids
Hujan meteor Eta Aquarids berlangsung antara tanggal 19 April s/d 28 Mei 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 30 meteor tiap jam. Meteor-meteor Eta Aquarids akan terlihat melesat dari arah rasi Aquarius yang berada di arah timur setelah tengah malam hingga matahari terbit. Namun Bulan yang baru mencapai fase purnama 4 hari lalu kemungkinan masih cukup terang sehingga menghalangi terlihatnya meteor-meteor redup.
Sabtu, 23 Mei 2015 – Oposisi Saturnus
Setelah Jupiter, kini giliran Saturnus yang berjajar lurus dengan Bumi dan Matahari. Hari ini Saturnus akan terlihat sepanjang malam di sisi yang berseberangan dengan matahari. Saturnus akan terlihat sebagai bintang putih terang dengan magnitudo 0. Dengan teleskop, Saturnus akan terlihat purnama dihiasi oleh cincinnya. Ini adalah waktu terbaik mengamati Saturnus.
Kamis, 28 Mei 2015 – Istiwa’ Adhom
Hari ini pukul 16:18 WIB Matahari berada tepat di atas Ka’bah, kiblat umat muslim. Jadi dengan menghadap ke arah Matahari akan sama artinya dengan menghadap tepat ke arah kiblat. Dan juga seluruh pangkal bayangan benda yang berdiri tegak pun akan mengarah ke arah kiblat. Dengan begitu peristiwa ini dapat digunakan untuk mengoreksi atau meluruskan arah kiblat bagi seluruh umat muslim secara praktis dan akurat. Peritiwa ini akan kembali terulang pada tanggal 16 Juli 2015.
Minggu, 7 Juni 2015 – Elongasi Maksimum Venus
Venus mencapai ketinggian maksimum di langit barat saat senja. Ketinggiannya mencapai 45,4 derajat dari Matahari. Venus terlihat sebagai bintang putih sangat terang dengan magnitudo -4,3. Dengan ketinggian maksimum dan cahaya sangat terang, Venus tentu sangat menawan untuk diamati. Setelah hari ini, ketinggian Venus akan berlangsung-angsung berkurang hingga akhirnya berada di sisi Matahari sehingga tak terlihat pada pertengahan Agustus 2015. Setelah itu Venus akan terlihat kembali di langit timur saat fajar.
Rabu, 1 Juli 2015 – Konjungsi Venus dan Jupiter
Lagi-lagi pada waktu senja di langit barat akan terlihat dua bintang terang saling berdekatan. Kedua bintang itu adalah “jelmaan” dari Venus sebagai bintang putih sangat terang bermagnitudo -4,4 dan Jupiter sebagai bintang putih terang bermagnitudo -1,8. Keduanya akan terlihat sangat dekat dengan jarak sekitar 20,1 menit busur atau hanya sekitar 2/3 diamater bulan.
Senin, 7 Juli 2015 – Komet Pan-STARRS (C/2014 Q1) Kemungkinan Terlihat
Komet Pan-STARRS (C/2014 Q1) baru di temukan pada pertengahan tahun 2014. Diperhitungkan komet ini akan mencapai titik terdekat dari Matahari sejauh 0,315 AU pada hari ini. Dengan jaraknya yang cukup dekat, komet ini diperkirakan akan mencapai terang maksimum hingga magnitudo 3,1. Itu artinya, meski tidak sangat terang, komet ini masih bisa terlihat secara langsung. Komet ini bisa diamati di langit barat sesaat setelah matahari terbenam.
Rabu, 29 Juli 2015 – Puncak Hujan Meteor Delta Aquarids
Hujan meteor Delta Aquarids berlangsung antara tanggal 8 Juli s/d 19 Agustus 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 20 meteor tiap jam. Meteor-meteor Delta Aquarids akan terlihat melesat dari arah rasi Aquarius yang berada tepat di atas pada waktu dini hari. Sayangnya Bulan yang menjelang purnama akan cukup terang dan menggangu terlihatnya meteor-meteor redup kala pengamatan.
Kamis, 13 Agustus 2015 – Puncak Hujan Meteor Perseids
Inilah hujan meteor terbaik tahun 2015. Puncaknya yang berada di tengah musim kemarau dan Bulan menjelang fase baru akan membuat langit malam cerah dan gelap gulita sehingga meteor-meteor redup sekalipun terlihat jelas. Diperkirakan Perseids yang tercatat sebagai hujan meteor paling banyak menghasilkan fireball ini akan menghasilkan hingga 100 meteor tiap jam saat puncak. Meteor-meteor Perseids akan terlihat melesat dari arah rasi Perseus yang berada di timur laut setelah tengah malam hingga menjelang matahari terbit. Hujan meteor Perseids berlangsung antara tanggal 17 Juli s/d 24 Agustus 2015.
Minggu, 30 Agustus 2015 – Bulan Purnama Perigee
Kebalikan dari bulan purnama apogee, bulan purnama perigee terjadi ketika Bulan mencapai fase purnama di dekat titik terdekat dari Bumi atau perigee. Dengan jaraknya yang lebih dekat, maka bulan purnama perigee akan terlihat lebih besar dan terang. Bulan purnama perigee kali ini berdiamater sudut 33,27 menit busur atau menjadi yang terbesar dan terterang ke-2 selama tahun 2015.
Rabu, 23 September 2015 – Autumnal Equinox
Atumnal equinix adalah saat dimana Matahari berada di perpotongan ekliptik dan ekuator setelah sebelumnya berada di utara ekuator. Pada hari ini Matahari tepat berada di khatulistiwa sehingga panjang siang dan malam di seluruh dunia sama 12 jam. Autumnal equinix juga menandakan akan datangnya bergantinya musim kemarau dengan musim hujan di Indonesia. Sedangkan di belahan bumi utara menandakan akan datangnya musim gugur dan di belahan bumi selatan menandakan datangnya musim semi.
Senin, 28 September 2015 – Bulan Purnama Perigee
Bulan kembali mencapai fase purnama di dekat titik terdekat dari Bumi atau apogee. Kali ini Bulan berdiamater sudut hingga 33,47 menit busur atau menjadi yang terbesar dan terterang selama tahun 2015. Bulan purnama yang lebih besar dan terang dari ini baru akan terjadi pada 14 November 2016. Pemandangan bulan purnama yang besar dan terang tentu akan sangat mempesona untuk disaksikan.
Kamis, 22 Oktober 2015 – Puncak Hujan Meteor Orionids
Orionids adalah hujan meteor pertama di musim hujan pada tahun 2015 yang berlangsung antara tanggal 2 Oktober s/d 7 November 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 25 meteor tiap jam. Meteor-meteor Orionids akan terlihat melesat dari arah rasi Orion yang berada tepat di atas waktu dini hari. Bulan yang baru meninggalkan fase kuartir awal akan terbenam tidak lama setelah lewat tengah malam sehingga tidak akan menggangu pengamatan.
Senin, 26 Oktober 2015 – Elongasi Maksimum Venus
Kini Venus ada di ketinggian maksimumnya di langit timur saat fajar. Ketinggiannya mencapai 46,6 derajat dari Matahari. Venus akan terlihat sebagai bintang putih sangat terang dengan magnitudo -4,4. Dengan ketinggian maksimum dan cahayanya yang sangat terang akan membuat Venus sangat mudah dan indah untuk diamati. Setelah hari ini Venus akan perlahan-lahan semakin rendah hingga berada di sisi Matahari hingga mulai terlihat di langit barat saat senja pada pertengahan tahun 2016.
Senin, 26 Oktober 2015 – Konjungsi Venus dan Jupiter
Venus dan Jupiter kembali terlihat berdekatan, namun kali ini di langit timur waktu fajar. Venus yang berada di ketinggian maksimum akan terlihat sebagai bintang putih sangat terang bermagnituo -4,4 dan Jupiter akan terlihat sebagai bintang putih terang bermagnitudo -1,8. Keduanya terlihat terpisah sejauh 1 derajat atau hampir 2 kali diamater sudut bulan.
Selasa, 27 Oktober 2015 – Bulan Purnama Perigee
Bulan kembali akan mencapai fase purnama di dekat titik terjauh dari Bumi atau perigee. Kali ini bulan purnama akan berdiamater 33,24 menit busur atau menjadi yang terbesar dan terterang ke-3 pada tahun 2015. Bulan purnama perigee kali ini hanya sedikit lebih kecil dari bulan purnama perigee pada 30 Agustus 2015.
Kamis, 28 Oktober 2015 – Konjungsi Venus, Jupiter dan Mars
Kini 3 planet sekaligus, yakni Venus, Jupiter dan Mars, akan terlihat berdekatan. Venus masih terlihat sebagai bintang putih sangat terang bermagnitudo -4,4, Jupiter terlihat sebagai bintang putih terang bermagnitudo -1,8 dan Mars terlihat sebagai bintang merah terang bermagnitudo 1,7. Venus akan terlihat berada diantara Jupiter dan Mars dimana jarak Venus ke kedua planet sekitar 2,5 derajat.
Rabu, 18 November 2015 – Puncak Hujan Meteor Leonids
Hujan meteor Leonids berlangsung antara tanggal 10 s/d 23 November 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 20 meteor tiap jam. Meteor-meteor Leonids akan terlihat melesat dari arah rasi Leo yang berada di timur setelah tengah malam hingga menjelang matahari terbit. Bulan yang menjelang fase kuartir awal akan terbenam sebelum tengah malam sehingga tidak akan menggangu pengamatan.
Senin, 14 Desember 2015 – Puncak Hujan Meteor Geminids
Geminids adalah hujan meteor terakhir pada tahun 2015 yang berlangsung antara tanggal 7 s/d 17 Desember 2015. Pada puncaknya hari ini diperkirakan akan terlihat hingga 90 meteor tiap jam. Meteor-meteor Geminids akan terlihat melesat dari arah rasi Gemini yang berada di barat waktu dini hari hingga menjelang matahari terbit. Bulan yang sedang fase sabit awal akan terbenam sebelum tengah malam sehingga tidak akan menggangu pengamatan.


Sumber: http://kalastro.blogspot.com/2014/11/fenomena-astronomis-di-indonesia-selama-tahun-2015.html
Read more

0 Bintang di Bagian Terluar Galaksi Bima Sakti

Senin, 26 Mei 2014

Astronom Temukan Bintang di Bagian Terluar Galaksi Bima Sakti

Piringan galaksi Bima Sakti jika dilihat dari luar. Matahari (lingkaran kuning kecil), bintang Cepheid yang telah diteliti dan dekat dengan Matahari (warna biru muda) dan bintang Cepheid yang baru ditemukan dan terletak di pinggiran Bima Sakti (warna biru gelap). Gas hidrogen tersebar hingga ke luar galaksi (warna merah muda). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: R. M. Catchpole (IoA Cambridge) and NASA/JPL-Caltech
Tim gabungan astronom Afrika Selatan dan Jepang berhasil menemukan beberapa bintang yang letaknya di bagian paling tepi dari galaksi Bima Sakti. Bintang-bintang itu letaknya lebih kurang 80.000 tahun cahaya dari Bumi. Penemuan ini menjadi petunjuk untuk mengetahui bagaimana galaksi Bima Sakti terbentuk. Bintang-bintang ini akan membantu para astronom untuk melacak distribusi persebaran materi gelap (dark matter) di Bima Sakti.

Lima diantara beberapa bintang yang ditemukan dianggap sebagai bintang khusus yang disebut sebagai Cepheid variable (OGLE-BLG-CEP-32) yang mana bintang-bintang tersebut memiliki tingkat kecerahan yang berubah secara teratur dalam waktu siklus beberapa hari. Bintang variabel Cepheid ini mempunyai karakteristik khusus yang memungkinkan astronom untuk mengukur jaraknya secar akurat. Beberapa instrumen yang digunakan oleh astronom untuk mengukur jarak bintang-bintang itu antara lain Southern African Large Telescope (SALT) dan Infrared Survey Facility (IRSF).

Seperti yang diketahui bersama bahwa kebanyakan bintang di galaksi Bima Sakti tersebar di dalam piringan galaksi seperti pada gambar di atas. Awalnya astronom mengira bahwa hanya gas Hidrogen saja yang bisa menyebar dari pusat galaksi sampai ke pinggir piringan galaksi. Ternyata setelah diteliti, bintang pun bisa tersebar hingga ke pinggiran galaksi.

Beberapa astronom yang terlibat dalam penemuan ini antara lain Prof Patricia Whitelock, Prof Michael Feast dan Dr John Menzies, ketiganya berasal dari Afrika Selatan dan Dr Noriyuki Matsunaga dari Jepang. Penemuan mereka ini diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 15 Mei. ( sumber : PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Read more

0 Misteri Galaksi Raksasa

Kamis, 13 Februari 2014

Misteri Galaksi Raksasa di Awal Alam Semesta Akhirnya Terungkap

Perbandingan galaksi Bima Sakti saat ini dengan galaksi Ultracompact pada awal usia alam semesta.Walaupun  galaksi Ultracompact terlihat sangat kecil, namun memiliki kepadatan bintang 10 kali lebih tinggi dari galaksi Bima Sakti. Image credit: NASA, European Space Agency, and S. Toft og A. Feild

Telah lama menjadi pertanyaan para ilmuwan, bagaimana bisa di awal alam semesta terbentuk setelah Big Bang bisa muncul galaksi raksasa dengan ukuran yang sangat besar dan berisi miliaran bintang. Penelitian yang dilakukan di Niels Bohr Institute nampaknya mulai menemukan jawaban dari misteri itu.

elips yang besar. Yang mengejutkan lagi saat Rata-rata sebuah galaksi raksasa seperti Bima Sakti membutuhkan waktu bermiliar-miliar tahun untuk tumbuh dan berkembang menjadi seperti sekarang ini. Namun anehnya ilmuwan menemukan galaksi raksasa yang muncul hanya 3 miliar tahun setelah dentuman Big Bang. Setelah dilakukan penelitian, ilmuwan mengatakan bahwa galaksi-galaksi tua raksasa itu mampu tumbuh begitu besar di awal usia alam semesta sebagai akibat dari penggabungan dengan galaksi-galaksi "tetangga" di sekitarnya sehingga menjadi lebih besar, ketika mereka bergabung lagi dengan galaksi lain, maka ukurannya menjadi lebih besar lagi. "Itulah mengapa sangat mengejutkan bahwa di awal usia alam semesta kita menemukan galaksi spiral dan galaksi galaksi-galaksi itu masih berukuran kecil, mereka sudah memiliki begitu banyak bintang sehingga  tingkat kepadatan bintang di dalamnya sangat tinggi mencapai 10 kali lipat," ungkap Sune Toft, ilmuwan dari Niels Bohr Institute.
Perkembangan galaksi elips dari masa ke masa. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA, European Space Agency, and S. Toft og A. Feild

raksasa di awal usia alam semesta merupakan yang memiliki kandungan gas yang banyak, setelah bergabung dengan bintang Galaksi elips berbeda dengan galaksi spiral. Pada galaksi spiral, pergerakan bintang dan gas berputar di sekitar pusat galaksi. Sedangkan pada galaksi elips, pergerakan bintang tidak menentu. Rata-rata galaksi galaksi yang "boros" bahan bakar. galaksi tersebut memiliki tingkat kelahiran bintang yang tinggi sehingga bahan untuk pembentukkan bintang juga cepat habis. galaksi galaksi lain gas tersbeut akan terdorong ke tengah dekat pusat galaksi kemudian dengan cepat terbentuk bintang-bintang baru sehingga begitu "boros". Setelah bahan pembentuk bintang seperti gas habis, maka galaksi itu berhenti membentuk dan yang tersisa hanyalah bintang-bintang tua dan lama kelamaan galaksi itu akan mati.

Penemuan ini sangat membantu para astronom untuk lebih mendalami evolusi galaksi di awal alam semesta. (PHS, Adi Saputro/ www.astronomi.us)
Read more

0 Deteksi Kehidupan di Planet Lain

Minggu, 29 Desember 2013

Astronom Temukan

Deteksi Kehidupan di Planet Lain

VLT (Very Large Telescope) di Chile. Image credit: hd.org
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa astronom Belanda mengungkapkan bahwa dengan teleskop baru yang mereka gunakan, mereka dapat mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda kehidupan lain di luar Bumi pada planet yang mengorbit bintang lain selain Matahari kita. Walaupun bintang selain Bumi yang terdekat dengan kita memiliki jarak yang juga sangat jauh, namun tanda-tanda itu bisa dideteksi dari aktivitas biologis berupa gas yang berada di atmosfer planet yang bersangkutan. Zat atau gas tersebut disebut dengan gas Biomarker.

Ide ini awalnya sudah ada sejak tahun 1960-an dan saat ini untuk pengamatannya digabungkan dengan teleskop flux berbiaya rendah yang berbasis di Bumi untuk mengukur oksigen pada atmosfer eksoplanet. Studi tentang hal ini akan diterbitkan dalam jurnal astrofisika pada 20 Februari mendatang.

Pada Bumi, aktivitas Bumi dari luar atmosfer bisa dideteksi dengan menganalisa atmosfer Bumi yang seperlimanya terdiri dari molekul oksigen yang hanya muncul sebagai hasil dari aktivitas biologis seperti fotosintesis tumbuhan. Dengan begitu hal seperti ini juga bisa dterapkan pada planet lain nan jauh di sana.

Hal ini tentunya sangat menantang sekali dan untuk pengukuran yang lebih maksimal diperlukan teleskop canggih space based (teleskop berbasis di luar angkasa) sebab lapisan ozon atau lapisan oksigen Bumi akan menghambat dan mengganggu proses pengukuran secara akurat. Namun hal tersebut kembali terhambat dengan kebutuhan dana yang sangat besar.

Tim astronom Belanda yang meluncurkan konsep baru tersebut mengungkapkan bahwa untuk melakukan pengukuran dan identifikasi tidak perlu harus pergi ke luar angkasa. Caranya yaitu dengan memisahkan molekul oksigen dari sebuah planet ekstrasurya dengan molekul oksigen Bumi kita sendiri untuk kemudian diukur dengan tepat panjang gelombangnya dan seberapa besar penyerapannya. Hal itu diungkapkan oleh Ignas Snellen selaku penulis utama studi tersebut.

Dengan cara ini teleskop tidak harus berada di luar angkasa dan lebih menghemat biaya. Metode ini sudah diuji coba menggunakan teleskop Very Large Telescope (VLT) di Chile pada sebuah eksoplanet seukuran Jupiter yang mengorbit sebuah bintang dan ditemukan karbon monoksida pada atmosfernya. Dibutuhkan teleksop yang lebih besar untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan di suatu planet yang lebih jauh dan kemungkinan hal itu dapat dilakukan dengan akan dibangunnya E-ELT atau European Extremely Large Telescope yang akan 25 kali lebih baik hasilnya daripada VLT
Read more

0 Roket Masa Depan NASA

Roket Masa Depan NASA Diuji di Terowongan Angin

Roket SLS NASA diuji di terowongan angin. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dalam membuat suatu model kendaraan seperti roket, ilmuwan tidak harus melakukan pengujian dengan menerbangkan roket sungguhan ke langit tapi cukup dengan mensimulasikan penerbangannya di dalam terowongan angin. Hal itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angin terhadap model roket yang dibuat. Itulah yang dilakukan oleh NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California dengan menguji desain roket masa depan mereka, SLS (Space Launch System).

Roket SLS sangatlah penting bagi NASA sebab roket itu adalah generasi penerus dari pesawat ulang alik yang mereka pensiunkan beberapa waktu lalu. Roket SLS diklaim memiliki kemampuan tinggi dengan biaya yang sangat murah dan hemat. Biaya yang hemat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai misi-misi NASA yang lain. Kemampuan SLS dengan kapsul Orion sebagai modulnya, dinilai mampu untuk membawa astronot menuju asteroid dan planet Mars dan misi-misi jauh lainnya.

tes diterowongan angin akan membuat para insiyur NASA mengetahui bagaimana pengaruh angin terhadap roket, seberapa besar model tersebut memiliki aerodinamika yang baik, seberapa besar getaran yang diterima roket dan batas toleransi yang bisa diterima dan sebagainya. Sebab bila roket mengalami getaran hebat maka akan sangat membahayakan. "Tes aeroakustik akan diselesaikan di NASA's Ames Research Center untuk meneliti ketidakstabilan aerodinamika," ungkap John Blevins selaku pemimpin departemen Aerodinamika dan akustik di NASA's Marshall Space Flight Center, Alabama.

Setidaknya ada empat variasi model kargo dan misi berawak dicoba dalam terowongan angin termasuk dengan mensimulasikan roket membawa kargo seberat 77 ton. Getaran yang muncul dari uji coba akan dianalisa. "karena getaran sangat terlokalisasi, maka ia dapat mempengaruhi bagaimana hardware pada roket dapat bekerja, ucap Andy Herron analis aeroakustik NASA. "Tugas kami adalah merancang sesuatu seperti kotak avionik. Kita akan menentukan bagimana perangkat keras atau hardware ditempatkan pada kendaraan agar tetap berfungsi dengan baik," tambah Andy.

Tes yang dilakukan daam terowongan angin sangat ekstrem. Roket SLS diuji dengan angin berkecepatan hingga 850 meter per detik. Harapannya calon roket terbesar di dunia itu bisa terbang dengan baik pada 2021 nanti. ( info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Planet Kepler-78b

Kamis, 07 November 2013

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaiimelakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut
( info diambil dari : www.astronomi.us )
Read more