0 Planet Kepler-78b

Kamis, 07 November 2013

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaiimelakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut
( info diambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 NASA Kehilangan Kontak

Minggu, 22 September 2013

NASA Kehilangan Kontak dengan Wahana Pemburu Komet, Deep Impact

Wahana Deep Impact probe dalam clean room. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Berita mengejutkan datang dari NASA setelah dikabarkan mereka kehilangan kendali atas wahana pemburu komet bernama Deep Impact. NASA kehilangan kontrol pada 8 Agustus 2013 lalu dan telah melakukan segala cara untuk berkomunikasi dengan wahana Deep Impact namun tidak membuahkan hasil. Analisa terkini diketahui bahwa wahana itu mengalami kerusakan software (software failure) dimana komputer yang ada pada wahana tersebut terus-menerus reboot. "Jika ini terjadi, komputer tidak akan bisa memberi perintah pada wahana untuk menentukan posisi dan perilaku. Hal itu dipersulit dengan posisi orientasi antena Deep Impact yang tidak diketahui sehingga menyulitkan untuk mengetahui keadaan, persediaan bahan bakar dan semua hal teknis tentang wahana itu ," ungkap pejabat NASA dalam pembaruan statusnya.

Wahana
Deep Impact probe diluncurkan pada Januari 2005 untuk memburu komet Tempel 1 yang kemudian misinya diperpanjang untuk melakukan observasi, meneliti komet Hartley 2, komet C/2009 P1 (Garradd) dan komet Ison.

Belum tahu apa langkah selanjutnya dari NASA untuk mengatasi masalah ini dan sepertinya mereka harus belajar dari tim JPL
(Jet Propulsion Laboratory) yang membuat dan mengoperasikan wahana Voyager 1 dan 2 yang terbukti sangat handal
( informasi di ambil dar : www.astronomi.us )
Read more

0 Letusan Gunung Berapi di Bulan Jupiter, Io

Sabtu, 24 Agustus 2013

Astronom Konfirmasi Letusan Gunung Berapi di Bulan Jupiter, Io

Foto letusan gunung berapi di Io yang diambil oleh wahana Voyager 1 pada 4 maret 1971. Image credit: NASA/JPL
Bulan milik Jupiter, Io merupakan satu-satunya Bulan yang memiliki aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya. Setidaknya 240 daerah vulkanik aktif ditemukan di sana dan baru-baru ini berdasarkan pengamatan astronom dari University of California Dr Imke de Pater dengan menggunakan teleskop Keck II di Mauna Kea, Hawai ditemukan fakta bahwa saat ini sedang terjadi letusan gunung berapi dahsyat di sana.

"ketika kita berada tepat di teleskop dan melihat ini, maka kita melihatnya secara langsung terutama letusan besar seperti itu," ungkap Dr Imke de pater. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa letusan yang diamatinya ini adalah salah satu dari 10 letusan paling kuat yang terjadi di Io. Menurutnya letusan ini mencakup area seluas 30 km persegi.

Jarak Io dengan Bumi sekitar 628.300.000 km (390.400.000 mil) dan teleskop inframerah Keck sudah mampu mengambil citra dari lava yang keluar dari gunung di suatu daerah Io yang disebut Rarog Patera.

Dr Imke tidak tahu pasti sampai kapan letusan ini akan berlangsung dan berakhir namun menurutnya mengapa Io merupakan tempat dengan aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya jawabannya adalah karena adanya pengaruh gaya gravitasi yang super kuat dari Jupiter

( info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Mesin Warp yang Lebih Cepat dari Kecepatan Cahaya

Kamis, 15 Agustus 2013

Peneliti NASA Mulai Buat Mesin Warp yang Lebih Cepat dari Kecepatan Cahaya

Ilustrasi pesawat bergerak dalam kecepatan warp. Image credit: ddmcdn
Para peneliti NASA di Johnson Space Center, Texas, saat ini sedang berusaha membuat mesin canggih yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya yang sering disebut dengan kecepatan warp. Layaknya pesawat Enterprise dalam film Star Trek, dengan kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya, maka kita akan dimungkinkan untuk melakukan perjalanan dari planet satu ke planet lain, atau menuju ke daerah lain di alam semesta dengan sangat cepat.

Insinyur dan fisikawan NASA, Dr Harold G. White percaya bahwa sangat mungkin untuk melanggar teori yang dibuat oleh Albert Einstein ketika ia mengungkapkan bahwa tidak ada yang mampu melebihi kecepatan cahaya.

Riset yang dilakukan peneliti NASA ini didasarkan pada teori fisika yang diungkap oleh fisikawan asal Meksiko, Miguel Alcubierre pada tahun 1994 yang mengatakan bahwa adalah mungkin untuk bergerak melebihi kecepatan cahaya jika ilmuan menemukan cara untuk memanfaatkan ekspansi dan kontraksi ruang.

Dengan menciptakan "gelembung warp" yang mampu memperluas ruang untuk kemudian terhubung dengan ruang lainnya, pesawat akan didorong menjauh dari Bumi dan tertarik ke arah bintang jauh oleh ruang waktu itu sendiri, ungkap Dr Alcubierre dalam hipotesisnya. Tampaknya hal ini akan sangat rumit, namun bukan berarti mustahil.

Dr White dan tim saat ini sedang melakukan penelitian di laboratorium  khusus dimana lintasan foton melengkung dibuat untuk akselerasi apakah foton dapat didorong untuk bergerak lebih cepat dari cahaya atau tidak. Lebih lanjut Dr White mengatakan bahwa meskipun untuk membuat pesawat atau teknologi seperti pada pesawat Enterprise Star Trek adalah suatu impian di masa depan, saat ini merupakan awal yang sangat baik.

Dengan menggunakan kecepatan warp, untuk menuju ke tata surya lain yang sebelumnya diperlukan waktu puluhan ribu tahun, akan bisa ditempuh hanya dalam waktu beberapa minggu atau beberapa Bulan saja. Dan itu akan membuat kita sangat mungkin mempelajari dan mengeksplorasi tata surya lain. Berharap hal ini akan dapat terwujud di masa depan.
( sumber di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Kapsul CST-100

Minggu, 11 Agustus 2013

Boeing Perkenalkan Kapsul CST-100 untuk Bawa Astronot NASA ke ISS

Kapsul CST-100 rancangan Boeing. Image credit: Robert Z. Pearlman
Boeing secara yakin telah memperkenalkan kepada publik prototipe dari kapsul luar angkasa yang nantinya mampu memenuhi kebutuhan NASA untuk mengirim astronotnya ke orbit. Kapsul atau modul itu diberi nama CST-100 yang diklaim mampu menampung hingga 7 orang.

Astronot senior Randy Bresnik dan Serena Aunon mengatakan bahkwa mereka cukup puas dengan prototipe kapsul buatan Boeing ini. Menurut mereka Boeing sebelumnya telah berpengalaman merancang modul perintah untuk program Apollo NASA sehingga prototipe kapsul Boeing ini tidak perlu diragukan lagi.
Bagian interior dari kapsul CST-100. Image credit: Robert Z. Pearlman
Boeing adalah salah satu dari tiga perusahaan lain yang berpartisipasi dalam program NASA selain Space Exploration Technologies (SpaceX), dan Sierra Nevada. Ketiga perusahaan tersebut bersaing untuk dapat membawa astronot Amerika menuju ke orbit rendah Bumi termasuk ke ISS sembari menunggu NASA menyelesaikan desain roket dan modul SLS (Space Launch System) selesai dibuat.

Sampai saat ini NASA telah memberikan dana sebesar $ 570 juta kepada Boeing untuk membuat dan mengembangkan CST-100. Kapsul berukuran 4,5 meter itu akan menjalani penerbangan pertamanya pada tahun 2016 mendatang. Roket Atlas V digunakan untuk membawa CST-100 menuju ke orbit rendah Bumi untuk merapat dengan ISS (International Space Station).
( Info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Medan Magnet Bintang Katai Merah

Minggu, 04 Agustus 2013

Medan Magnet Bintang Katai Merah Bisa Menghancurkan Atmosfer Planet di Sekitarnya

Ilustrasi bagaimana Mars kehilangan sebagian atmosfernya setelah planet itu kehilangan sebagian besar medan magnetnya. Planet di sekitar bintang katai merah juga bisa mengalami nasib yang serupa. Image credit: NASA
Red Dwarf stars (Bintang Katai/ Kerdil Merah) merupakan jenis bintang yang paling banyak dijumpai di galaksi Bima Sakti. Bintang tersebut mencapai 75 % dari total bintang di galaksi kita. Jika ada planet di sekitar bintang katai merah, maka ada kemungkinan kehidupan bisa terjadi di sana. Tetapi menurut tim astronom yang dipimpin oleh Dr Aline Vidotto dari University of St Andrews hal seperti itu tidak sepenuhnya benar. Mereka meyakini bahwa medan magnet dari bintang katai merah dapat menghantam planet di sekitarnya dan menyebabkan planet banyak terkena terpaan radiasi dari luar angkasa. Dr Vidotto menyampaikan hal ini dalam pertemuan astronomi nasional di St Andrews pada 2 Juli 2013 lalu.

Setiap planet kecil yang mengorbit bintang katai merah, akan melindungi diri dari gravitasi bintang tersebut. Massa yang rendah dari bintang ini membuat tarikan gravitasi seperti gravitasi planet seukuran Bumi mampu membuat bintang itu bergerak sebagaimana planet yang mengorbitnya. Gerakan ini menyebabkan adanya pergeseran garis pada spektrum bintang yang bisa kita deteksi dengan menggunakan teleskop.


Bintang katai merah memiliki suhu yang lebih dingin dari Matahari sehingga keberadaan zona layak huni (Goldilocks) bisa ada dan berkembang. Planet yang berada pada zona ini sangat mungkin untuk memiliki air dalam wujud cair di permukaannya. Hal ini membuat planet yang ada dekat bintang katai merah menjadi target dalam pencarian planet mirip Bumi di galaksi Bima Sakti. Namun ada faktor lain yang membuat planet tersebut menjadi planet layak huni yaitu ketebalan atmosfer yang dimilikinya.


Dalam miliaran tahun, dampak partikel bermuatan di luar angkasa dapat mengikis atmosfer suatu planet. Planet dengan medan magnet yang relatif kuat seperti Bumi mampu membelokkan partikel-partikel bermuatan seperti ini. Hal itu berlangsung di Magnetosfer. Sebagian besar partikel bermuatan tersebut berasal dari angin surya yang dihembuskan oleh bintang induk (Matahari). Tekanan dari partikel-partikel ini menekan perisai magnetosfer planet sehingga setiap terjadi angin surya yang kuat, tekanan tinggi terjadi di magnetosfer. Pada Bumi magnetosfer biasanya melebar hingga 70.000 km.


Ilustrasi magnetosfer Bumi yang mengahalangi partikel bermuatan yang berasal dari angin surya (angin Matahari). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: simpleisperfect
Astronom menemukan fakta bahwa pada bintang katai merah yang berusia relatif muda, akan memiliki medan magnet yang lebih kuat sehingga sangat berdampak pada planet yang mengorbit di sekitarnya. Tekanan yang ekstrim dari medan magnet ini akan mengikis atmosfer planet dari waktu ke waktu.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jika Bumi berada pada bagian tepi dari zona Goldilocks dari bintang katai merah berusia muda, seperti pada Bumi yang mengorbit Matahari, maka magnetosfer akan melebar tidak lebih dari 35.000 km bahkan magnetosfer tersebut bisa hancur. Agar bisa bertahan, Bumi membutuhkan medan magnet yang lebih kuat atau berjarak lebih jauh dari bintangnya namun hal ini bisa menyebabkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk adanya air berwujud cair disebabkan oleh suhu yang terlalu dingin.


Seiring dengan usia bintang yang bertambah, medan magnet akan melemah dan membuat atmosfer planet yang mengorbit bintang tersebut mampu bertahan. "Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bintang katai merah dengan periode rotasi yang lebih lama sekitar satu sampai beberapa bulan akan memiliki medan magnet yang lebih kuat dan mampu menekan magnetosfer planet dalam zona Goldilocks," ungkap  Dr Aline Vidotto. Hal ini harus kita pertimbangkan dalam pencarian planet layak huni sebab ternyata mencari planet mirip Bumi lebih sulit dari yang kita duga sebelumnya.

( Info ini di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Segitiga Musim Panas

Minggu, 31 Maret 2013

Mengenal Segitiga Musim Panas

Di malam hari, tentunya kita sebagai sky gazers atau pengamat langit selalu tak habis-habisnya memandang dan mengagumi keindahan langit yang dihiasi oleh bintang-bintang. Ada yang hanya mengamati saja, ada yang mengabadikan keindahan tersebut dengan memotretnya, atau bahkan ada juga yang mencoba untuk mencari bermacam-macam bentuk rasi bintang di langit. Beberapa bentuk rasi bintang yang mudah untuk dikenali, misalnya Crux dengan bentuk yang mencolok seperti layang-layang/tanda salib,  Scorpio dengan bintang terang berwarna merah yaitu Antares sebagai patokannya, diikuti dengan bentuk seperti huruf S yaitu ekornya, dan Orion dengan ciri khas tiga bintang sejajar yang biasa dikenal dengan sabuk Orion. Tapi tahukah kalian, selain mencari bentuk suatu rasi bintang, ada juga kegiatan lain yang tak kalah menariknya, yaitu mencari bentuk Segitiga Musim Panas.
Segitiga Musim Panas? Apa itu? Segitiga yang muncul saat musim panas?
Hmm, kalau secara garis besarnya sih iya seperti itu :) Tapi secara lebih jelasnya, Segitiga Musim Panas adalah sebutan untuk 3 bintang terang yang kalau ditarik garis lurus akan membentuk suatu segitiga besar di langit.
Ketiga bintang terang tersebut yaitu Altair yang merupakan bintang alpha rasi Aquila, Vega yang merupakan bintang alpha rasi Lyra, dan Deneb yang merupakan bintang alpha rasi Cygnus. Orang-orang di belahan bumi utara yang tinggal di negeri 4 musim/subtropis biasa menyebutnya sebagai Summer Triangle, karena apabila segitiga Altair-Vega-Deneb sudah muncul di langit, itu pertanda bahwa musim panas akan segera tiba.
Karena kita tinggal di belahan bumi selatan, maka tidak ada istilah musim panas di Indonesia. Tetapi, kita tetap dapat melihat Segitiga Musim Panas dari bulan Juli sampai bulan Oktober, dan waktu yang sangat tepat melihatnya yaitu selama bulan Agustus dan September. Dan langit malam akan semakin terlihat indah karena Milky Way, sang jalur susu terbentang panjang diantara Altair dan Vega. Oh iya, Segitiga Musim Panas juga mempunyai 2 kisah yang menarik lho! Mau tahu apa saja? Yuk kita simak ceritanya di bawah ini:
1. Kisah dalam Mitologi Yunani antara Vega, Deneb, dan Altair
Vega, Altair, dan Deneb adalah nama-nama tokoh dalam mitologi Yunani. Dikisahkan bahwa mereka bertiga adalah sahabat. Vega si cerdas adalah bagian utama dalam rasi Lyra. Nama Lyra sendiri adalah sebutan untuk harpa milik Orpheus, seorang musisi dalam mitologi Yunani kuno. Deneb yang berada dalam rasi Cygnus adalah sosok angsa putih yang gemulai, cantik dan menarik. Dengan tarian angsanya [swan] dia dapat memikat para dewa-dewi. Dalam suatu legenda, angsa adalah pahlawan bagi Orpheus. Tetapi, Altair dalam rasi Aquila lah yang paling kuat diantara mereka bertiga, karena Aquila dapat diartikan sebagai elang. Altair pun digambarin sebagai pelindung bagi kedua sahabatnya.
2. Kisah Cinta antara Altair dan Vega
Nah kalau yang ini, ceritanya berasal dari Legenda Tanabata, legenda Tiongkok kuno yang pada akhirnya dibawa ke Jepang. Legenda ini berkisah tentang bintang Vega yang merupakan bintang tercerah dalam rasi Lyra sebagai Orihime (Shokujo), putri Raja Langit yang pandai menenun. Bintang Altair yang berada di rasi Aquila dikisahkan sebagai penggembala sapi bernama Hikoboshi (Kengyu). Hikoboshi adalah orang yang rajin bekerja sehingga diizinkan Raja Langit untuk menikahi Orihime. Suami istri Hikoboshi dan Orihime pun hidup bahagia, tetapi sayang sejak itu Orihime tidak lagi menenun dan Hikoboshi tidak lagi menggembala. Raja Langit pun menjadi sangat marah, dan keduanya dipaksa berpisah. Orihime dan Hikoboshi tinggal dipisahkan oleh sungai Amanogawa (sungai jalur susu/Milky Way) dan hanya diizinkan bertemu setahun sekali di malam ke-7 bulan ke-7 setelah mereka bekerja keras selama setahun. Kalau kebetulan hujan turun, sungai Amanogawa menjadi meluap dan Orihime tidak bisa menyeberangi sungai untuk bertemu Hikoboshi. Sehingga sekawanan burung kasasagi pun terbang menghampiri Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih, dan berbaris membentuk jembatan yang melintasi sungai Amanogawa supaya Hikoboshi dan Orihime bisa menyeberang dan bertemu.
Di Jepang, orang merayakannya dengan festival Tanabata di mana saat itu Orihime (Vega) dan Hikoboshi (Altair) yang terpisah oleh sungai Milky Way diizinkan bertemu. Maka dalam festival itu dirayakan dengan menggantungkan kertas-kertas berisi harapan.
Hihihi, ternyata banyak kisah dan kepercayaan yang berhubungan dengan astronomi ya! Inilah sisi lain yang menarik dari belajar astronomi, astronomi bisa dikatakan sebagai ilmu yang universal karena dapat terkait dengan ilmu-ilmu lainnya, misalnya dengan fisika, kimia, biologi, matematika, fotografi, sejarah, budaya, dan lain-lain. 
informasi diambil dari : kafeastronomi.com
Read more