0 Deteksi Kehidupan di Planet Lain

Minggu, 29 Desember 2013

Astronom Temukan

Deteksi Kehidupan di Planet Lain

VLT (Very Large Telescope) di Chile. Image credit: hd.org
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa astronom Belanda mengungkapkan bahwa dengan teleskop baru yang mereka gunakan, mereka dapat mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda kehidupan lain di luar Bumi pada planet yang mengorbit bintang lain selain Matahari kita. Walaupun bintang selain Bumi yang terdekat dengan kita memiliki jarak yang juga sangat jauh, namun tanda-tanda itu bisa dideteksi dari aktivitas biologis berupa gas yang berada di atmosfer planet yang bersangkutan. Zat atau gas tersebut disebut dengan gas Biomarker.

Ide ini awalnya sudah ada sejak tahun 1960-an dan saat ini untuk pengamatannya digabungkan dengan teleskop flux berbiaya rendah yang berbasis di Bumi untuk mengukur oksigen pada atmosfer eksoplanet. Studi tentang hal ini akan diterbitkan dalam jurnal astrofisika pada 20 Februari mendatang.

Pada Bumi, aktivitas Bumi dari luar atmosfer bisa dideteksi dengan menganalisa atmosfer Bumi yang seperlimanya terdiri dari molekul oksigen yang hanya muncul sebagai hasil dari aktivitas biologis seperti fotosintesis tumbuhan. Dengan begitu hal seperti ini juga bisa dterapkan pada planet lain nan jauh di sana.

Hal ini tentunya sangat menantang sekali dan untuk pengukuran yang lebih maksimal diperlukan teleskop canggih space based (teleskop berbasis di luar angkasa) sebab lapisan ozon atau lapisan oksigen Bumi akan menghambat dan mengganggu proses pengukuran secara akurat. Namun hal tersebut kembali terhambat dengan kebutuhan dana yang sangat besar.

Tim astronom Belanda yang meluncurkan konsep baru tersebut mengungkapkan bahwa untuk melakukan pengukuran dan identifikasi tidak perlu harus pergi ke luar angkasa. Caranya yaitu dengan memisahkan molekul oksigen dari sebuah planet ekstrasurya dengan molekul oksigen Bumi kita sendiri untuk kemudian diukur dengan tepat panjang gelombangnya dan seberapa besar penyerapannya. Hal itu diungkapkan oleh Ignas Snellen selaku penulis utama studi tersebut.

Dengan cara ini teleskop tidak harus berada di luar angkasa dan lebih menghemat biaya. Metode ini sudah diuji coba menggunakan teleskop Very Large Telescope (VLT) di Chile pada sebuah eksoplanet seukuran Jupiter yang mengorbit sebuah bintang dan ditemukan karbon monoksida pada atmosfernya. Dibutuhkan teleksop yang lebih besar untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan di suatu planet yang lebih jauh dan kemungkinan hal itu dapat dilakukan dengan akan dibangunnya E-ELT atau European Extremely Large Telescope yang akan 25 kali lebih baik hasilnya daripada VLT
Read more

0 Roket Masa Depan NASA

Roket Masa Depan NASA Diuji di Terowongan Angin

Roket SLS NASA diuji di terowongan angin. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Dalam membuat suatu model kendaraan seperti roket, ilmuwan tidak harus melakukan pengujian dengan menerbangkan roket sungguhan ke langit tapi cukup dengan mensimulasikan penerbangannya di dalam terowongan angin. Hal itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angin terhadap model roket yang dibuat. Itulah yang dilakukan oleh NASA di NASA's Ames Research Center di Moffett Field, California dengan menguji desain roket masa depan mereka, SLS (Space Launch System).

Roket SLS sangatlah penting bagi NASA sebab roket itu adalah generasi penerus dari pesawat ulang alik yang mereka pensiunkan beberapa waktu lalu. Roket SLS diklaim memiliki kemampuan tinggi dengan biaya yang sangat murah dan hemat. Biaya yang hemat ini selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai misi-misi NASA yang lain. Kemampuan SLS dengan kapsul Orion sebagai modulnya, dinilai mampu untuk membawa astronot menuju asteroid dan planet Mars dan misi-misi jauh lainnya.

tes diterowongan angin akan membuat para insiyur NASA mengetahui bagaimana pengaruh angin terhadap roket, seberapa besar model tersebut memiliki aerodinamika yang baik, seberapa besar getaran yang diterima roket dan batas toleransi yang bisa diterima dan sebagainya. Sebab bila roket mengalami getaran hebat maka akan sangat membahayakan. "Tes aeroakustik akan diselesaikan di NASA's Ames Research Center untuk meneliti ketidakstabilan aerodinamika," ungkap John Blevins selaku pemimpin departemen Aerodinamika dan akustik di NASA's Marshall Space Flight Center, Alabama.

Setidaknya ada empat variasi model kargo dan misi berawak dicoba dalam terowongan angin termasuk dengan mensimulasikan roket membawa kargo seberat 77 ton. Getaran yang muncul dari uji coba akan dianalisa. "karena getaran sangat terlokalisasi, maka ia dapat mempengaruhi bagaimana hardware pada roket dapat bekerja, ucap Andy Herron analis aeroakustik NASA. "Tugas kami adalah merancang sesuatu seperti kotak avionik. Kita akan menentukan bagimana perangkat keras atau hardware ditempatkan pada kendaraan agar tetap berfungsi dengan baik," tambah Andy.

Tes yang dilakukan daam terowongan angin sangat ekstrem. Roket SLS diuji dengan angin berkecepatan hingga 850 meter per detik. Harapannya calon roket terbesar di dunia itu bisa terbang dengan baik pada 2021 nanti. ( info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Planet Kepler-78b

Kamis, 07 November 2013

Planet Kepler-78b, Planet Pertama yang Dikonfirmasi Memiliki Struktur Batuan Mirip Bumi

Ilustrasi planet kepler-78b mengorbit bintangnya hanya 8,5 jam saja. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Astronom berhasil menemukan sebuah planet yang memiliki struktur batuan mirip seperti Bumi. Planet tersebut adalah Kepler-78b. Planet Kepler-78b juga mempunyai ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi yakni sekitar 1,7 kali massa Bumi dan 1,2 kali radius Bumi. Planet Kepler-78b mengorbit bintangnya dengan sangat cepat yaitu sekitar 8,5 jam saja. Itu membuat planet ini sangat tidak layak untuk mendukung adanya kehidupan dikarenakan suhunya terlalu panas. Namun banyak hal baru yang bisa diambil dari planet ini. Kepler-78b menjadi planet pertama yang dikonfirmasi memiliki ukuran dan massa yang hampir mirip dengan Bumi, dari situ ilmuwan bisa mengetahui tingkat kepadatan dan material penyusun planet tersebut. Diperkirakan mayoritas material penyusun Kepler-78b terdiri dari batu dan besi. Bintang dari planet ini sedikit lebih kecil dari Matahari kita dan berjarak 400 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Cygnus.
Perbandingan ukuran planet Kepler-78b dengan Bumi. Image credit: David A. Aguilar (CfA)
Planet Kepler-78b pertama kali diamati oleh teleskop pemburu planet, Kepler. Kemudian dengan menggunakan teleskop berbasis Bumi, astronom mempelajari periode kecepatan orbitnya. Tim astronom yang dipimpin oleh Andew Howard dari University of Hawaiimelakukan pengamatan lebih intensif lagi dengan teleskop di Keck Observatory dan tim lainnya yang dipimpin oleh Francesco Pepe dari University of Geneva mengamatinya menggunakan teleskop di Observatorium La Palma di kepulauan Canary.

Direncanakan penelitian Kepler-78b akan dipresentasikan pada pertemuan Kepler Science Conference tanggal 4-8 November di Ames, Iowa, Amerika Serikat. Lebih dari 400 astrofisikawan dari Australia, China, Amerika, dan negara Amerika latin akan mengikuti konfrensi tersebut
( info diambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 NASA Kehilangan Kontak

Minggu, 22 September 2013

NASA Kehilangan Kontak dengan Wahana Pemburu Komet, Deep Impact

Wahana Deep Impact probe dalam clean room. Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: NASA
Berita mengejutkan datang dari NASA setelah dikabarkan mereka kehilangan kendali atas wahana pemburu komet bernama Deep Impact. NASA kehilangan kontrol pada 8 Agustus 2013 lalu dan telah melakukan segala cara untuk berkomunikasi dengan wahana Deep Impact namun tidak membuahkan hasil. Analisa terkini diketahui bahwa wahana itu mengalami kerusakan software (software failure) dimana komputer yang ada pada wahana tersebut terus-menerus reboot. "Jika ini terjadi, komputer tidak akan bisa memberi perintah pada wahana untuk menentukan posisi dan perilaku. Hal itu dipersulit dengan posisi orientasi antena Deep Impact yang tidak diketahui sehingga menyulitkan untuk mengetahui keadaan, persediaan bahan bakar dan semua hal teknis tentang wahana itu ," ungkap pejabat NASA dalam pembaruan statusnya.

Wahana
Deep Impact probe diluncurkan pada Januari 2005 untuk memburu komet Tempel 1 yang kemudian misinya diperpanjang untuk melakukan observasi, meneliti komet Hartley 2, komet C/2009 P1 (Garradd) dan komet Ison.

Belum tahu apa langkah selanjutnya dari NASA untuk mengatasi masalah ini dan sepertinya mereka harus belajar dari tim JPL
(Jet Propulsion Laboratory) yang membuat dan mengoperasikan wahana Voyager 1 dan 2 yang terbukti sangat handal
( informasi di ambil dar : www.astronomi.us )
Read more

0 Letusan Gunung Berapi di Bulan Jupiter, Io

Sabtu, 24 Agustus 2013

Astronom Konfirmasi Letusan Gunung Berapi di Bulan Jupiter, Io

Foto letusan gunung berapi di Io yang diambil oleh wahana Voyager 1 pada 4 maret 1971. Image credit: NASA/JPL
Bulan milik Jupiter, Io merupakan satu-satunya Bulan yang memiliki aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya. Setidaknya 240 daerah vulkanik aktif ditemukan di sana dan baru-baru ini berdasarkan pengamatan astronom dari University of California Dr Imke de Pater dengan menggunakan teleskop Keck II di Mauna Kea, Hawai ditemukan fakta bahwa saat ini sedang terjadi letusan gunung berapi dahsyat di sana.

"ketika kita berada tepat di teleskop dan melihat ini, maka kita melihatnya secara langsung terutama letusan besar seperti itu," ungkap Dr Imke de pater. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa letusan yang diamatinya ini adalah salah satu dari 10 letusan paling kuat yang terjadi di Io. Menurutnya letusan ini mencakup area seluas 30 km persegi.

Jarak Io dengan Bumi sekitar 628.300.000 km (390.400.000 mil) dan teleskop inframerah Keck sudah mampu mengambil citra dari lava yang keluar dari gunung di suatu daerah Io yang disebut Rarog Patera.

Dr Imke tidak tahu pasti sampai kapan letusan ini akan berlangsung dan berakhir namun menurutnya mengapa Io merupakan tempat dengan aktivitas vulkanik paling aktif di tata surya jawabannya adalah karena adanya pengaruh gaya gravitasi yang super kuat dari Jupiter

( info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Mesin Warp yang Lebih Cepat dari Kecepatan Cahaya

Kamis, 15 Agustus 2013

Peneliti NASA Mulai Buat Mesin Warp yang Lebih Cepat dari Kecepatan Cahaya

Ilustrasi pesawat bergerak dalam kecepatan warp. Image credit: ddmcdn
Para peneliti NASA di Johnson Space Center, Texas, saat ini sedang berusaha membuat mesin canggih yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya yang sering disebut dengan kecepatan warp. Layaknya pesawat Enterprise dalam film Star Trek, dengan kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya, maka kita akan dimungkinkan untuk melakukan perjalanan dari planet satu ke planet lain, atau menuju ke daerah lain di alam semesta dengan sangat cepat.

Insinyur dan fisikawan NASA, Dr Harold G. White percaya bahwa sangat mungkin untuk melanggar teori yang dibuat oleh Albert Einstein ketika ia mengungkapkan bahwa tidak ada yang mampu melebihi kecepatan cahaya.

Riset yang dilakukan peneliti NASA ini didasarkan pada teori fisika yang diungkap oleh fisikawan asal Meksiko, Miguel Alcubierre pada tahun 1994 yang mengatakan bahwa adalah mungkin untuk bergerak melebihi kecepatan cahaya jika ilmuan menemukan cara untuk memanfaatkan ekspansi dan kontraksi ruang.

Dengan menciptakan "gelembung warp" yang mampu memperluas ruang untuk kemudian terhubung dengan ruang lainnya, pesawat akan didorong menjauh dari Bumi dan tertarik ke arah bintang jauh oleh ruang waktu itu sendiri, ungkap Dr Alcubierre dalam hipotesisnya. Tampaknya hal ini akan sangat rumit, namun bukan berarti mustahil.

Dr White dan tim saat ini sedang melakukan penelitian di laboratorium  khusus dimana lintasan foton melengkung dibuat untuk akselerasi apakah foton dapat didorong untuk bergerak lebih cepat dari cahaya atau tidak. Lebih lanjut Dr White mengatakan bahwa meskipun untuk membuat pesawat atau teknologi seperti pada pesawat Enterprise Star Trek adalah suatu impian di masa depan, saat ini merupakan awal yang sangat baik.

Dengan menggunakan kecepatan warp, untuk menuju ke tata surya lain yang sebelumnya diperlukan waktu puluhan ribu tahun, akan bisa ditempuh hanya dalam waktu beberapa minggu atau beberapa Bulan saja. Dan itu akan membuat kita sangat mungkin mempelajari dan mengeksplorasi tata surya lain. Berharap hal ini akan dapat terwujud di masa depan.
( sumber di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Kapsul CST-100

Minggu, 11 Agustus 2013

Boeing Perkenalkan Kapsul CST-100 untuk Bawa Astronot NASA ke ISS

Kapsul CST-100 rancangan Boeing. Image credit: Robert Z. Pearlman
Boeing secara yakin telah memperkenalkan kepada publik prototipe dari kapsul luar angkasa yang nantinya mampu memenuhi kebutuhan NASA untuk mengirim astronotnya ke orbit. Kapsul atau modul itu diberi nama CST-100 yang diklaim mampu menampung hingga 7 orang.

Astronot senior Randy Bresnik dan Serena Aunon mengatakan bahkwa mereka cukup puas dengan prototipe kapsul buatan Boeing ini. Menurut mereka Boeing sebelumnya telah berpengalaman merancang modul perintah untuk program Apollo NASA sehingga prototipe kapsul Boeing ini tidak perlu diragukan lagi.
Bagian interior dari kapsul CST-100. Image credit: Robert Z. Pearlman
Boeing adalah salah satu dari tiga perusahaan lain yang berpartisipasi dalam program NASA selain Space Exploration Technologies (SpaceX), dan Sierra Nevada. Ketiga perusahaan tersebut bersaing untuk dapat membawa astronot Amerika menuju ke orbit rendah Bumi termasuk ke ISS sembari menunggu NASA menyelesaikan desain roket dan modul SLS (Space Launch System) selesai dibuat.

Sampai saat ini NASA telah memberikan dana sebesar $ 570 juta kepada Boeing untuk membuat dan mengembangkan CST-100. Kapsul berukuran 4,5 meter itu akan menjalani penerbangan pertamanya pada tahun 2016 mendatang. Roket Atlas V digunakan untuk membawa CST-100 menuju ke orbit rendah Bumi untuk merapat dengan ISS (International Space Station).
( Info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Medan Magnet Bintang Katai Merah

Minggu, 04 Agustus 2013

Medan Magnet Bintang Katai Merah Bisa Menghancurkan Atmosfer Planet di Sekitarnya

Ilustrasi bagaimana Mars kehilangan sebagian atmosfernya setelah planet itu kehilangan sebagian besar medan magnetnya. Planet di sekitar bintang katai merah juga bisa mengalami nasib yang serupa. Image credit: NASA
Red Dwarf stars (Bintang Katai/ Kerdil Merah) merupakan jenis bintang yang paling banyak dijumpai di galaksi Bima Sakti. Bintang tersebut mencapai 75 % dari total bintang di galaksi kita. Jika ada planet di sekitar bintang katai merah, maka ada kemungkinan kehidupan bisa terjadi di sana. Tetapi menurut tim astronom yang dipimpin oleh Dr Aline Vidotto dari University of St Andrews hal seperti itu tidak sepenuhnya benar. Mereka meyakini bahwa medan magnet dari bintang katai merah dapat menghantam planet di sekitarnya dan menyebabkan planet banyak terkena terpaan radiasi dari luar angkasa. Dr Vidotto menyampaikan hal ini dalam pertemuan astronomi nasional di St Andrews pada 2 Juli 2013 lalu.

Setiap planet kecil yang mengorbit bintang katai merah, akan melindungi diri dari gravitasi bintang tersebut. Massa yang rendah dari bintang ini membuat tarikan gravitasi seperti gravitasi planet seukuran Bumi mampu membuat bintang itu bergerak sebagaimana planet yang mengorbitnya. Gerakan ini menyebabkan adanya pergeseran garis pada spektrum bintang yang bisa kita deteksi dengan menggunakan teleskop.


Bintang katai merah memiliki suhu yang lebih dingin dari Matahari sehingga keberadaan zona layak huni (Goldilocks) bisa ada dan berkembang. Planet yang berada pada zona ini sangat mungkin untuk memiliki air dalam wujud cair di permukaannya. Hal ini membuat planet yang ada dekat bintang katai merah menjadi target dalam pencarian planet mirip Bumi di galaksi Bima Sakti. Namun ada faktor lain yang membuat planet tersebut menjadi planet layak huni yaitu ketebalan atmosfer yang dimilikinya.


Dalam miliaran tahun, dampak partikel bermuatan di luar angkasa dapat mengikis atmosfer suatu planet. Planet dengan medan magnet yang relatif kuat seperti Bumi mampu membelokkan partikel-partikel bermuatan seperti ini. Hal itu berlangsung di Magnetosfer. Sebagian besar partikel bermuatan tersebut berasal dari angin surya yang dihembuskan oleh bintang induk (Matahari). Tekanan dari partikel-partikel ini menekan perisai magnetosfer planet sehingga setiap terjadi angin surya yang kuat, tekanan tinggi terjadi di magnetosfer. Pada Bumi magnetosfer biasanya melebar hingga 70.000 km.


Ilustrasi magnetosfer Bumi yang mengahalangi partikel bermuatan yang berasal dari angin surya (angin Matahari). Klik gambar untuk memperbesar. Image credit: simpleisperfect
Astronom menemukan fakta bahwa pada bintang katai merah yang berusia relatif muda, akan memiliki medan magnet yang lebih kuat sehingga sangat berdampak pada planet yang mengorbit di sekitarnya. Tekanan yang ekstrim dari medan magnet ini akan mengikis atmosfer planet dari waktu ke waktu.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jika Bumi berada pada bagian tepi dari zona Goldilocks dari bintang katai merah berusia muda, seperti pada Bumi yang mengorbit Matahari, maka magnetosfer akan melebar tidak lebih dari 35.000 km bahkan magnetosfer tersebut bisa hancur. Agar bisa bertahan, Bumi membutuhkan medan magnet yang lebih kuat atau berjarak lebih jauh dari bintangnya namun hal ini bisa menyebabkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk adanya air berwujud cair disebabkan oleh suhu yang terlalu dingin.


Seiring dengan usia bintang yang bertambah, medan magnet akan melemah dan membuat atmosfer planet yang mengorbit bintang tersebut mampu bertahan. "Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bintang katai merah dengan periode rotasi yang lebih lama sekitar satu sampai beberapa bulan akan memiliki medan magnet yang lebih kuat dan mampu menekan magnetosfer planet dalam zona Goldilocks," ungkap  Dr Aline Vidotto. Hal ini harus kita pertimbangkan dalam pencarian planet layak huni sebab ternyata mencari planet mirip Bumi lebih sulit dari yang kita duga sebelumnya.

( Info ini di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Segitiga Musim Panas

Minggu, 31 Maret 2013

Mengenal Segitiga Musim Panas

Di malam hari, tentunya kita sebagai sky gazers atau pengamat langit selalu tak habis-habisnya memandang dan mengagumi keindahan langit yang dihiasi oleh bintang-bintang. Ada yang hanya mengamati saja, ada yang mengabadikan keindahan tersebut dengan memotretnya, atau bahkan ada juga yang mencoba untuk mencari bermacam-macam bentuk rasi bintang di langit. Beberapa bentuk rasi bintang yang mudah untuk dikenali, misalnya Crux dengan bentuk yang mencolok seperti layang-layang/tanda salib,  Scorpio dengan bintang terang berwarna merah yaitu Antares sebagai patokannya, diikuti dengan bentuk seperti huruf S yaitu ekornya, dan Orion dengan ciri khas tiga bintang sejajar yang biasa dikenal dengan sabuk Orion. Tapi tahukah kalian, selain mencari bentuk suatu rasi bintang, ada juga kegiatan lain yang tak kalah menariknya, yaitu mencari bentuk Segitiga Musim Panas.
Segitiga Musim Panas? Apa itu? Segitiga yang muncul saat musim panas?
Hmm, kalau secara garis besarnya sih iya seperti itu :) Tapi secara lebih jelasnya, Segitiga Musim Panas adalah sebutan untuk 3 bintang terang yang kalau ditarik garis lurus akan membentuk suatu segitiga besar di langit.
Ketiga bintang terang tersebut yaitu Altair yang merupakan bintang alpha rasi Aquila, Vega yang merupakan bintang alpha rasi Lyra, dan Deneb yang merupakan bintang alpha rasi Cygnus. Orang-orang di belahan bumi utara yang tinggal di negeri 4 musim/subtropis biasa menyebutnya sebagai Summer Triangle, karena apabila segitiga Altair-Vega-Deneb sudah muncul di langit, itu pertanda bahwa musim panas akan segera tiba.
Karena kita tinggal di belahan bumi selatan, maka tidak ada istilah musim panas di Indonesia. Tetapi, kita tetap dapat melihat Segitiga Musim Panas dari bulan Juli sampai bulan Oktober, dan waktu yang sangat tepat melihatnya yaitu selama bulan Agustus dan September. Dan langit malam akan semakin terlihat indah karena Milky Way, sang jalur susu terbentang panjang diantara Altair dan Vega. Oh iya, Segitiga Musim Panas juga mempunyai 2 kisah yang menarik lho! Mau tahu apa saja? Yuk kita simak ceritanya di bawah ini:
1. Kisah dalam Mitologi Yunani antara Vega, Deneb, dan Altair
Vega, Altair, dan Deneb adalah nama-nama tokoh dalam mitologi Yunani. Dikisahkan bahwa mereka bertiga adalah sahabat. Vega si cerdas adalah bagian utama dalam rasi Lyra. Nama Lyra sendiri adalah sebutan untuk harpa milik Orpheus, seorang musisi dalam mitologi Yunani kuno. Deneb yang berada dalam rasi Cygnus adalah sosok angsa putih yang gemulai, cantik dan menarik. Dengan tarian angsanya [swan] dia dapat memikat para dewa-dewi. Dalam suatu legenda, angsa adalah pahlawan bagi Orpheus. Tetapi, Altair dalam rasi Aquila lah yang paling kuat diantara mereka bertiga, karena Aquila dapat diartikan sebagai elang. Altair pun digambarin sebagai pelindung bagi kedua sahabatnya.
2. Kisah Cinta antara Altair dan Vega
Nah kalau yang ini, ceritanya berasal dari Legenda Tanabata, legenda Tiongkok kuno yang pada akhirnya dibawa ke Jepang. Legenda ini berkisah tentang bintang Vega yang merupakan bintang tercerah dalam rasi Lyra sebagai Orihime (Shokujo), putri Raja Langit yang pandai menenun. Bintang Altair yang berada di rasi Aquila dikisahkan sebagai penggembala sapi bernama Hikoboshi (Kengyu). Hikoboshi adalah orang yang rajin bekerja sehingga diizinkan Raja Langit untuk menikahi Orihime. Suami istri Hikoboshi dan Orihime pun hidup bahagia, tetapi sayang sejak itu Orihime tidak lagi menenun dan Hikoboshi tidak lagi menggembala. Raja Langit pun menjadi sangat marah, dan keduanya dipaksa berpisah. Orihime dan Hikoboshi tinggal dipisahkan oleh sungai Amanogawa (sungai jalur susu/Milky Way) dan hanya diizinkan bertemu setahun sekali di malam ke-7 bulan ke-7 setelah mereka bekerja keras selama setahun. Kalau kebetulan hujan turun, sungai Amanogawa menjadi meluap dan Orihime tidak bisa menyeberangi sungai untuk bertemu Hikoboshi. Sehingga sekawanan burung kasasagi pun terbang menghampiri Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih, dan berbaris membentuk jembatan yang melintasi sungai Amanogawa supaya Hikoboshi dan Orihime bisa menyeberang dan bertemu.
Di Jepang, orang merayakannya dengan festival Tanabata di mana saat itu Orihime (Vega) dan Hikoboshi (Altair) yang terpisah oleh sungai Milky Way diizinkan bertemu. Maka dalam festival itu dirayakan dengan menggantungkan kertas-kertas berisi harapan.
Hihihi, ternyata banyak kisah dan kepercayaan yang berhubungan dengan astronomi ya! Inilah sisi lain yang menarik dari belajar astronomi, astronomi bisa dikatakan sebagai ilmu yang universal karena dapat terkait dengan ilmu-ilmu lainnya, misalnya dengan fisika, kimia, biologi, matematika, fotografi, sejarah, budaya, dan lain-lain. 
informasi diambil dari : kafeastronomi.com
Read more

0 Cara Baru Deteksi Kehidupan di Planet Lain

Sabtu, 23 Februari 2013

Astronom Temukan Cara Baru Deteksi Kehidupan di Planet Lain

VLT (Very Large Telescope) di Chile. Image credit: hd.org
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa astronom Belanda mengungkapkan bahwa dengan teleskop baru yang mereka gunakan, mereka dapat mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda kehidupan lain di luar Bumi pada planet yang mengorbit bintang lain selain Matahari kita. Walaupun bintang selain Bumi yang terdekat dengan kita memiliki jarak yang juga sangat jauh, namun tanda-tanda itu bisa dideteksi dari aktivitas biologis berupa gas yang berada di atmosfer planet yang bersangkutan. Zat atau gas tersebut disebut dengan gas Biomarker.

Ide ini awalnya sudah ada sejak tahun 1960-an dan saat ini untuk pengamatannya digabungkan dengan teleskop flux berbiaya rendah yang berbasis di Bumi untuk mengukur oksigen pada atmosfer eksoplanet. Studi tentang hal ini akan diterbitkan dalam jurnal astrofisika pada 20 Februari mendatang.

Pada Bumi, aktivitas Bumi dari luar atmosfer bisa dideteksi dengan menganalisa atmosfer Bumi yang seperlimanya terdiri dari molekul oksigen yang hanya muncul sebagai hasil dari aktivitas biologis seperti fotosintesis tumbuhan. Dengan begitu hal seperti ini juga bisa dterapkan pada planet lain nan jauh di sana.

Hal ini tentunya sangat menantang sekali dan untuk pengukuran yang lebih maksimal diperlukan teleskop canggih space based (teleskop berbasis di luar angkasa) sebab lapisan ozon atau lapisan oksigen Bumi akan menghambat dan mengganggu proses pengukuran secara akurat. Namun hal tersebut kembali terhambat dengan kebutuhan dana yang sangat besar.

Tim astronom Belanda yang meluncurkan konsep baru tersebut mengungkapkan bahwa untuk melakukan pengukuran dan identifikasi tidak perlu harus pergi ke luar angkasa. Caranya yaitu dengan memisahkan molekul oksigen dari sebuah planet ekstrasurya dengan molekul oksigen Bumi kita sendiri untuk kemudian diukur dengan tepat panjang gelombangnya dan seberapa besar penyerapannya. Hal itu diungkapkan oleh Ignas Snellen selaku penulis utama studi tersebut.

Dengan cara ini teleskop tidak harus berada di luar angkasa dan lebih menghemat biaya. Metode ini sudah diuji coba menggunakan teleskop Very Large Telescope (VLT) di Chile pada sebuah eksoplanet seukuran Jupiter yang mengorbit sebuah bintang dan ditemukan karbon monoksida pada atmosfernya. Dibutuhkan teleksop yang lebih besar untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan di suatu planet yang lebih jauh dan kemungkinan hal itu dapat dilakukan dengan akan dibangunnya E-ELT atau European Extremely Large Telescope yang akan 25 kali lebih baik hasilnya daripada VLT.
(info diambil dari www.astronomi.us)
Read more

0 Teknik Baru untuk Ukur Massa Lubang Hitam Supermasif

Rabu, 06 Februari 2013

Astronom Temukan Teknik Baru untuk Ukur Massa Lubang Hitam Supermasif

Ilustrasi lubang hitam supermasif. Image credit: NASA/JPL-Caltech
Dalam jurnal Nature tim astronomi internasional termasuk di dalamnya terdapat astronom Marc Sarzi dari University of Hertfordshire melaporkan bahwa mereka berhasil menemukan cara dan teknik baru untuk mengukur massa dari lubang hitam supermasif pada sebuah galaksi.

Dengan mengukur kecepatan dari molekul karbon monoksida yang mengorbit disekitar lubang hitam tersebut peneliti mampu mengukur massa dari galaksi.

Lubang hitam (black hole) merupakan sebuah obyek yang begitu padat sehingga gravitasinya dapat mencegah apapun termasuk cahaya untuk melarikan diri darinya. Lubang hitam masih bisa memiliki massa jutaan hingga miliar kali massa Matahari kita dan rata-rata semua galaksi termasuk Bima Sakti memiliki lubang hitam supermasif ditengahnya. Hal itu menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara evolusi lubang hitam dengan evolusi galaksi.

Marc Sarzi mengatakan bahwa "Ada hubungan menarik antara massa lubang hitam supermasih dengan massa galaksi inang mereka". Sampai sekarang hanya ada 3 metode untuk menentukan massa lubang hitam supermasif dan ini hanya bisa diterapkan pada galaksi dengan jarak yang relatif dekat. Namun dengan teknik baru yang dikembangkan, astronom dapat mengukur massa lubang hitam supermassif yang letaknya lebih jauh di alam semesta yang bisa membuktikan bahwa lubang hitam berperan dalam pembentukan galaksi.

Tim Davis yang merupakan salah satu penulis utama ESO berkomentar "Kami mengamati molekul karbon monoksida di galaksi kita (Bima Sakti) dan memantaunya dengan teleskop CARMA (Combined Array for Research in Millimeter-wave Astronomy).

"Dengan gambar super tajam, kami mampu mengamati pusat galaksi dan melihat gas berpijar disekitar lubang hitam. Gas ini bergerak dengan kecepatan yang ditentukan oleh massa lubang hitam dari jarak tertentu. Dengan mengukur kecepatan gas pada posisinya masing-masing, kita bisa mengukur massa lubang hitam," ungkap Tim Davis.

Teknik baru ini juga akan diterapkan pada teleskop Alma (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array) di Chili untuk mengukur massa lubang hitam di ratusan galaksi lainnya di alam semesta.
( info diambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 LQG

Senin, 21 Januari 2013

LQG, Struktur Terbesar di Alam Semesta

LQG tampak menyerupai rantai yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran kecil berwarna hitam. Tanda plus merah menandakan posisi quasar yang lebih kecil di LQG. Image credit: R. G. Clowes / UCLan
Sebuah tim astronom internasional yang dipimpin oleh Dr Roger Clowes dari University of Central Lancashire menemukan apa yang disebut dengan struktur terbesar di alam semesta. Sebuah grup quasar/ kuasar besar (LQG) diketahui memiliki ukuran diameter sekitar 4 miliar tahun cahaya. Tim astronom tersebut menerbitkan hasil penelitian mereka di jurnal Bulanan Royal astronomical Society. Quasar sendiri merupakan inti galaksi yang memiliki tingkat kecerahan cahaya yang sangat tinggi yang disebabkan adanya gas disekitar lubang hitam yang masuk ke lubang hitam yang kemudian memanas dan berpijar dengan sangat terang dan cerah.

Sejak tahun 1982 Quasar diketahui berada dalam satu kelompok yang kemudian membentuk kelompok besar yang disebut LQG (Large Quasar Group). Tim astronom tersebut mengidentifikasi LQG sebagai kelompok quasar yang sangat besar dan menantang prinsip kosmologi karya Albert Einstein tentang asumsi bahwa alam semesta jika dilihat pada skala yang cukup besar akan terlihat sama tidak perduli dari mana kita mengamatinya. Namun prinsip ini belum diobservasi secara mendalam dan masih memiliki keraguan. Untuk memberikan gambaran skala, galaksi Bima Sakti (Milky Way) dengan galaksi Andromeda dipisahkan dengan jarak 0,75 Megaparsec (Mpc) atau 2,5 juta tahun cahaya dan cluster galaksi bisa berjarak 2-3 Mpc. Namun LQG bisa mencapai 200 Mpc dan struktur memanjangnya mencapai 1200 Mpc (4 miliar tahun cahaya) yang berarti jika kita melaju dengan kecepatan cahaya, maka kita membutuhkan waktu 4 miliar tahun cahaya untuk melintasinya dan itu berarti 1600 kali lebih besar daipada jarak Bima Sakti ke Andromeda.

Meskipun sangat sulit memahami struktur yang sangat besar ini, namun bisa dikatakan bahwa LQG ini merupakan struktur terbesar yang ada di jagat raya dan menantang prinsip-prinsip kosmologis yang telah banyak diterima pada era Albert Einstein.
(info diambil dari : www.astronomi.us)
Read more

0 Supernova Pertama di Alam Semesta

Selasa, 15 Januari 2013

Astronom Temukan Ledakan Supernova Pertama di Alam Semesta

Supernova SCP-0401 yang disebut juga Mingus.
Image credit: Space Telescope Science Institute.
Astronom berhasil mengidentifikasi dan menemukan ledakan supernova terjauh sekaligus menjadi ledakan supernova tertua yang pernah ditemukan. Ledakan supernova yang diberi nama SN SCP-0401 (Mingus) tersebut berjarak lebih kurang 10 miliar tahun cahaya yang berarti hanya 3,7 miliar tahun setelah ledakan big bang yang maha dahsyat. "Ini adalah orang supernova paling jauh yang pernah ditemukan," kata David Rubin, seorang anggota international supernova Cosmology Project (SCP) yang berbasis di Berkeley Lab.

Supernova tersebut termasuk kedalam kategori supernova Ia yang berasal dari sebuah bintang katai putih yang mencapai masa kritis dan meledak dalam ledakan termonuklir yang dahsyat. Sebenarnya supernova ini telah ditemukan dengan teleskop Hubble pada tahun 2004, namun belum teridentifikasi dengan jelas sampai akhirnya dipasanglah instrumen kamera baru untuk memperjelas hasil pengamatan teleskop Hubble.
(info diambil dari : www.astronomi.us)
Read more

0 Bulan Planet PH2 b

Selasa, 08 Januari 2013

Apakah Bulan Planet PH2 b Memiliki Kehidupan?

Ilustrasi planet PH2 b dilihat dari permukaan bulannya. Image credit: H. Giguere, M. Giguere/Yale University
Astronom saat ini sedang hangat-hangatnya membicarakan planet PH2 b. Planet gas raksasa yang mirip Jupiter ini memiliki air dalam jumlah yang sangat banyak dengan suhu permukaan mencapai 46 derajat Celcius. Planet tersebut berada pada zona layak huni namun tidak ada kehidupan di sana sebab planet PH2 b tidak memiliki permukaan yang padat, sama seperti planet gas lainnya.

Jika planet tersebut tidak memiliki kehidupan, bagaimana dengan Bulan atau satelit alam yang mengelilinginya?. Planet gas raksasa seperti Jupiter memiliki belasan Bulan akan tetapi planet dan Bulannya tersebut tidak berada pada zona yang layak huni.

Planet PH2 b merupakan planet yang berada di konstelasi Cygnus beberapa ratus tahun cahaya dari Bumi. Planet tersebut ditemukan oleh tim dari Planet Hunters yang terdiri dari 40 astronom yang berburu planet di langit malam. Tim Planet Hunters dipimpin oleh Profesor Debra Fisher dari Yale University. Sebelumnya tim pemburu planet ini juga telah menemukan 19 eksoplanet yang berada di zona layak huni yang disebut dengan Goldilocks Zone dimana pada zona ini planet sangat mungkin memiliki air berwujud cair dipermukaannya.

Dr Wang Ji yang juga merupakan salah satu ilmuwan yang bergabung dalam Planet Hunters mengatakan bahwa dirinya sudah tidak sabar menanti para astronom menemukan tanda-tanda kehidupan di planet lain dan bukan hanya potensi kelayakhunian suatu planet, ucapnya.
(Info di  ambil dari : www.astronomi.us)
Read more

1 Kalender Astronomi 2013

Jumat, 04 Januari 2013

Kalender Astronomi 2013

Ingin tahu apa saja yang akan terjadi dalam dunia astronomi di tahun 2013 ini, berikut ini adalah kalender astronomi 201
  • January 3, 4 - Quadrantids Meteor Shower. The Quadrantids are an above average shower, with up to 40 meteors per hour at their peak. The shower usually peaks on January 3 & 4, but some meteors can be visible from January 1 - 5. The near last quarter moon will hide many of the fainter meteors with its glare. Best viewing will be from a dark location after midnight. Look for meteors radiating from the constellation Bootes.
  • January 11 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 19:44 UTC.
  • January 27 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 04:38 UTC.
  • February 10 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 07:20 UTC.
  • February 25 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 20:26 UTC.
  • March 11 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 19:51 UTC.
  • March 20 - March Equinox. The March equinox occurs at 11:02 UTC. The Sun will shine directly on the equator and there will be nearly equal amounts of day and night throughout the world. This is also the first day of spring (vernal equinox) in the northern hemisphere and the first day of fall (autumnal equinox) in the southern hemisphere.
  • March 27 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 09:27 UTC.
  • April 10 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 09:35 UTC.
  • April 20 - Astronomy Day Part 1. Astronomy Day is an annual event intended to provide a means of interaction between the general public and various astronomy enthusiasts, groups and professionals. The theme of Astronomy Day is "Bringing Astronomy to the People," and on this day astronomy and stargazing clubs and other organizations around the world will plan special events. You can find out about special local events by contacting your local astronomy club or planetarium. You can also find more about Astronomy Day by checking the Web site for the Astronomical League.
  • April 21, 22 - Lyrids Meteor Shower. The Lyrids are an average shower, usually producing about 20 meteors per hour at their peak. These meteors can produce bright dust trails that last for several seconds. The shower usually peaks on April 21 & 22, although some meteors can be visible from April 16 - 25. The gibbous moon could be a problem this year, hiding many of the fainter meteors in its glare. It will set before sunrise, providing a short window of dark skies. Look for meteors radiating from the constellation of Lyra after midnight.
  • April 25 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 19:57 UTC.
  • April 25 - Partial Lunar Eclipse. The eclipse will be visible throughout most of Africa, Europe, Asia, and Australia.
    (NASA Map and Eclipse Information)
  • April 28 - Saturn at Opposition. The ringed planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view and photograph Saturn and its moons.
  • May 5, 6 - Eta Aquarids Meteor Shower. The Eta Aquarids are a light shower, usually producing about 10 meteors per hour at their peak. The shower's peak usually occurs on May 5 & 6, however viewing should be good on any morning from May 4 - 7. The crescent moon will hang around for the show, but should not cause too many problems. The radiant point for this shower will be in the constellation Aquarius. Best viewing is usually to the east after midnight, far from city lights.
  • May 10 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 00:28 UTC.
  • May 10 - Annular Solar Eclipse. The path of annularity will begin in western Australia and move east across the central Pacific Ocean. (NASA Map and Eclipse Information)
  • May 25 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 04:25 UTC.
  • May 28 - Conjunction of Venus and Jupiter. The two bright planets will be within 1 degree of each other in the evening sky. The planet Mercury will also will also be visible nearby. Look to the west near sunset.
  • May 25 - Penumbral Lunar Eclipse. The eclipse will be visible throughout most of North America, South America, western Europe, and western Africa. (NASA Map and Eclipse Information)
  • June 8 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 15:56 UTC.
  • June 21 - June Solstice. The June solstice occurs at 05:04 UTC. The North Pole of the earth will be tilted toward the Sun, which will have reached its northernmost position in the sky and will be directly over the Tropic of Cancer at 23.44 degrees north latitude. This is the first day of summer (summer solstice) in the northern hemisphere and the first day of winter (winter solstice) in the southern hemisphere.
  • June 8 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 15:56 UTC.
  • June 23 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 11:32 UTC.
  • July 8 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 07:14 UTC.
  • July 22 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 18:15 UTC.
  • July 28, 29 - Southern Delta Aquarids Meteor Shower. The Delta Aquarids can produce about 20 meteors per hour at their peak. The shower usually peaks on July 28 & 29, but some meteors can also be seen from July 18 - August 18. The radiant point for this shower will be in the constellation Aquarius. The last quarter moon will be around for the show and may hide some of the fainter meteors. Best viewing is usually to the east after midnight.
  • August 6 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 21:51 UTC.
  • August 12, 13 - Perseids Meteor Shower. The Perseids is one of the best meteor showers to observe, producing up to 60 meteors per hour at their peak. The shower's peak usually occurs on August 13 & 14, but you may be able to see some meteors any time from July 23 - August 22. The radiant point for this shower will be in the constellation Perseus. The near first quarter moon will set before midnight, leaving optimal conditions and dark skies for what should be an awesome show. Find a location far from city lights and look to the northeast after midnight.
  • August 21 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 01:45 UTC.
  • August 27 - Neptune at Opposition. The blue planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view Neptune. Due to its distance, it will only appear as a tiny blue dot in all but the most powerful telescopes.
  • September 5 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 11:36 UTC.
  • September 19 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 11:13 UTC.
  • September 22 - September Equinox. The September equinox occurs at 20:44 UTC. The Sun will shine directly on the equator and there will be nearly equal amounts of day and night throughout the world. This is also the first day of fall (autumnal equinox) in the northern hemisphere and the first day of spring (vernal equinox) in the southern hemisphere.
  • October 3 - Uranus at Opposition. The blue-green planet will be at its closest approach to Earth and its face will be fully illuminated by the Sun. This is the best time to view Uranus. Due to its distance, it will only appear as a tiny blue-green dot in all but the most powerful telescopes.
  • October 12 - Astronomy Day Part 2. Astronomy Day is an annual event intended to provide a means of interaction between the general public and various astronomy enthusiasts, groups and professionals. The theme of Astronomy Day is "Bringing Astronomy to the People," and on this day astronomy and stargazing clubs and other organizations around the world will plan special events. You can find out about special local events by contacting your local astronomy club or planetarium. You can also find more about Astronomy Day by checking the Web site for the Astronomical League.
  • October 5 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 00:34 UTC.
  • October 18 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 23:38 UTC.
  • October 18 - Penumbral Lunar Eclipse. The eclipse will be visible throughout most of the world except for Australia and extreme eastern Siberia. (NASA Map and Eclipse Information)
  • October 21, 22 - Orionids Meteor Shower. The Orionids is an average shower producing about 20 meteors per hour at their peak. This shower usually peaks on the 21st, but it is highly irregular. A good show could be experienced on any morning from October 20 - 24, and some meteors may be seen any time from October 17 - 25. The gibbous moon will be a problem this year, hiding all but the brightest meteors with its glare. Best viewing will be to the east after midnight. Be sure to find a dark location far from city lights.
  • November 3 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 12:50 UTC.
  • November 3 - Hybrid Solar Eclipse. The eclipse path will begin in the Atlantic Ocean off the eastern coast of the United States and move east across the Atlantic and across central Africa. (NASA Map and Eclipse Information)
  • November 17 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 15:16 UTC.
  • November 17, 18 - Leonids Meteor Shower. The Leonids is one of the better meteor showers to observe, producing an average of 40 meteors per hour at their peak. The shower itself has a cyclic peak year every 33 years where hundreds of meteors can be seen each hour. The last of these occurred in 2001. The shower usually peaks on November 17 & 18, but you may see some meteors from November 13 - 20. The full moon will prevent this from being a great show this year, but with up to 40 meteors per hour possible, this could still be a good show. Look for the shower radiating from the constellation Leo after midnight.
  • December 3 - New Moon. The Moon will be directly between the Earth and the Sun and will not be visible from Earth. This phase occurs at 00:22 UTC.
  • December 13, 15 - Geminids Meteor Shower. Considered by many to be the best meteor shower in the heavens, the Geminids are known for producing up to 60 multicolored meteors per hour at their peak. The peak of the shower usually occurs around December 13 & 14, although some meteors should be visible from December 6 - 19. The radiant point for this shower will be in the constellation Gemini. The gibbous moon could be a problem this year, hiding man of the fainter meteors. But with up to 60 meteors per hour predicted, this should still be a good show. Best viewing is usually to the east after midnight from a dark location.
  • December 17 - Full Moon. The Moon will be directly opposite the Earth from the Sun and will be fully illuminated as seen from Earth. This phase occurs at 09:28 UTC.
  • December 21 - December Solstice. The December solstice occurs at 17:11 UTC. The South Pole of the earth will be tilted toward the Sun, which will have reached its southernmost position in the sky and will be directly over the Tropic of Capricorn at 23.44 degrees south latitude. This is the first day of winter (winter solstice) in the northern hemisphere and the first day of summer (summer solstice) in the southern hemisphere.
    ( info di ambil dari : www.astronomi.us )
Read more

0 Planet HD 40307 g Layak Huni

Rabu, 02 Januari 2013

Astronom Temukan Planet HD 40307 g Layak Huni Mirip Bumi dan Mengandung Air

Ilustrasi sistem tata surya bintang HD 40307.
Astronom berhasil menemukan enam planet baru mirip Bumi yang mengorbit bintang HD 40307 yang berjarak 43 tahun cahaya di selatan konstelasi Pictor. Bintang HD 40307 merupakan sebuah bintang katai tua atau kerdil yang berwarna oranye. Salah satu dari enam planet yang ditemukan berada pada zona layak huni atau yang sering disebut dengan habitable zone. Astronom juga myakini bahwa di planet tersebut juga terdapat air berwujud cair.

Keenam planet yang ditemukan tersebut ditemukan dengan menggunakan instrumen HARPS
(High Accuracy Radial velocity Planet Searcher) yang berada pada teleskop ESO 3.6m di La Silla, Chile. Teleskop tersebut mampu mendeteksi goyangan kecil dari sebuah bintang yang disebabkan oleh tarikan gravitasi dari planet yang mengorbitnya. Dengan dipimpin oleh Mikko Tuomi dari University of Hertfordshire Centre for Astrophysics Research, Inggris, tim peneliti mempelajari data yang dihasilkan oleh HARPS dan telah mengidentifikasi tiga eksoplanet di sistem bintang HD 40307. Planet yang ditunjukkan dengan huruf e, f, dan g disebut dengan Super Earth dan planet dengan simbol huruf g membuat para astronom begitu bersemangat untuk menelitinya sebab setelah mereka melakukan pengamatan dan perhitungan secara rinci tentang orbitnya, mereka yakin bahwa di sana terdapat air dalam wujud cair dan orbitnya juga layak huni.

Selain itu planet g ini berada cukup relatif jauh dari bintangnya sehingga tidak akan terkena efek tidal, sehingga di planet tersebut juga ada perubahan cuaca, musim, iklim dan hembusan angin seperti di Bumi.

Daftar eksoplanet mirip Bumi yang layak huni versi PHL.

Perbandingan sistem tata surya kita dengan sistem tata surya HD 40307.
"Bintang HD 40307 juga merupakan bintang kerdil yang tua dan tenang sehingga tidak akan mempengaruhi kondisi di planet secara signifikan," ungkap Guillem Anglada-Escude selaku penulis penelitian ini. "Jika sinyal Doppler dari planet g di sistem bintang HD 40307 memang benar-benar sinyal yang berasal dari planet HD 40307 g, maka planet ini mampu mendukung dan menjadi tempat adanya air berwujud cair di permukaannya dimana planet yang ada air berwujud cair tidak akan ditemukan di planet yang terkena efek tidal," tambah Tuomi.

Saat ini planet HD 40307 g telah ditambahkan ke dalam daftar eksoplanet layak huni
(Planetary Habitability Laboratory’s Habitable Exoplanets Catalog) oleh PHL (Planetary Habitability Laboratory’s) yang berada di University of Puerto Rico di Arecibo. Planet HD 40307 g menduduki tempat ke empat dalam katalog tersebut berdasarkan kesamaannya dengan Bumi. Profesor Abel Mendez Torres dari PHL mengatakan bahwa "temperatur rata-rata planet HD 40307 g sekitar 9 derajat Celcius dengan suhu permukaan sekitar -17 sampai 52 derajat Celcius dan hal ini masih bisa ditoleransi. Planet HD 40307 g mengorbit bintangnya pada jarak 0.6 AU dengan lama hari orbit 200 hari. Pada jarak seperti ini diperkirakan planet tersebut menerima 62-67% dari radiasi yang di dapat Bumi dari Matahari.

Sementara itu planet lain yang mengorbit bintang HD 40307 yang disimbolkan dengan huruf b, c, d, dan e jaraknya diperkirakan setara dengan jarak planet Merkurius ke Matahari.


Namun yang perlu diketahui bahwa planet HD 40307 g masih merupakan planet kandidat yang masih perlu diteliti dan pencitraan langsung planet tersebut menjadi satu hal yang masih kita tunggu

( info diambil dari : www.astronomi.us )
Read more